“HARAPAN YANG TERWUJUDKAN”










                                    “HARAPAN YANG TAK TERWUJUDKAN”

           IQBAL- Masa lalu yang indah mungkin  merupakan harta paling berharga bagi setiap orang.Namun masa depan adalah suatu impian yang sangat di impi-impikan oleh kalangan banyak  orang.Yang mana hal tersebut mesti telah tergambar dalam pikiran  dan  dapat merancang bagaimana caranya agar impian mereka tersebut dapat tercapai.
           
              Sama halnya dengan harapan para siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas(SMA) misalnya, mereka mestinya sangat berkeinginan bagaimana caranya untuk dapat belajar di Universitas yang ternama dan pastinya berakreditasi lebih bagus daripada Universitas lainnya, yang mana Universitas tersebut menjadi tambatan hati para penuntut ilmu.            
         
          Demikian pula dengan hasrat saya sebagai seorang mahasiswa. Harapan saya sangat besar untuk dapat belajar di Universitas yang ternama yang terletak di negara yang di juluki “Negeri Seribu Menara” yang kini kita mengenalnya dengan sebutan yang bernama(Mesir). Julukan untuk negara Mesir tersebut tidak lagi asing di telinga para mahasiswa seperti saya.Saya sering mendengarnya dari beberapa guru saya yang telah menyelesaikan studinya di Mesir, beliau pernah mengatakan bahwa sebab-musabbab dinamakan “Negeri Seribu Menara” dikarenakan negara tersebut memiliki seribu kubah atau menara mesjid, dan saya percaya ungkapan guru saya tersebut benar, dikarenakan beliau adalah seorang alumni tamatan Al-Azhar.           

          Al-azhar itulah namanya.Al- azhar adalah salah satu Universitas paling terkenal di pesisir  Jazirah Arab (Tanah Arab), ataupun sering juga orang-orang  menyebutnya dengan sebutan “Syarqil Ausat” yaitu negara yang terletak di bagian timur tengah. Begitu ramai mahasiswa asing yang mendaftar  di Al-azhar ,dari berbagai benua atau negara yang berbeda,baik dari benua Afrika, seperti Maroko,Tunisia, dan Aljazair. Begitupun dengan Asia,seperti Malaisia,Brunei, serta Indonesia, dan masih banyak lagi dari benua lainnya yang mendaftar disana.Mesir merupakan negeri yang mayoritas muslim.Meskipun masyarakatnya dikenal berwatak keras, namun penduduk Mesir khususnya mahasiswa, mereka sangat baik dalam menjalin tali silaturrahim dengan warga dan Mahasiswa asing yang berada di negara mereka, sehingga semua terasa bagaikan satu keluarga yang utuh. Namun sekilas saya melihat  negeri Aceh, disana juga tidak berbeda jauh dengan Mesir  yang diduduki oleh mayoritas penganut  islam  juga.Saya sangat berharap bahwa bagaimana warga Aceh khususnya para mahasiswa Universitas Islam di Aceh dapat mengadopsi sifat luar biasa dari para Penduduk Mesir ini,sehingga lahirlah sifat solidaritas yang tinggi antar mahasiswa, dosen,dan Pegawai serta masyarakat kota lainnya.Sehingga terciptalah Ukhuwah yang benar-benar Islami, yang kemudian dengan nilai-nilai tersebut Universitas negeri Aceh ini menjadi panutan bagi seluruh Universitas di Aceh juga Indonesia pastinya.                                                                                  

             Mungkin setiap mahasiswa mempunyai angan-angan yang berbeda dalam hal memilih tempat  belajar untuk memperdalam ilmu pengetahuan ataupun memenuhi nafsu akademis mereka dalam mencapai impian masa kecil mereka dahulu.Begitu Pula dengan tekad saya yang sangat besar  untuk dapat belajar di Universitas Al-Azhar(Mesir).Sebenarnya ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama(SMP),saya sungguh bercita-cita agar dapat menuntut ilmu di Al-azhar(Mesir). Dikarenakan ada beberapa faktor yang mendorong saya untuk kuliah disana antaranya  :
         
            Pertama, saya sangat  gemar berbahasa Arab, dan bahasa Arab juga merupakan bahasa favorit saya.Harapan serta tujuan saya bahwa bagaimana suatu saat bahasa Arab dapat dijadikan sebagai bahasa pengantar  utama khususunya di Universitas Islam yang berada di Aceh dan pelajaran serta kurikulum yang  dipakai di Universitas Aceh memiliki kesamaan dengan Al-azhar.Dengan demikian mahasiswa Aceh tidak lagi menjadi musafir dalam menuntut ilmu di negeri orang, dan setelah tamat dari studinya, mereka dengan mudah dapat menyalurkan langsung  ilmu mereka  kepada mahasiswa Aceh lainnya tanpa harus adanya perekrutan dosen dari negara asing oleh rektorat Universitas Aceh.               
       kedua, yang mendorong saya untuk belajar di Universitas Al-Azhar juga dikarenakan faktor agama.Menurut pandangan saya, Mesir adalah tempat  yang tepat untuk saya belajar dan mendalami ilmu agama Islam. Selain itu Mesir juga merupakan “Kiblatul Ulum” atau kiblatnya segala ilmu-ilmu. para ulama Arab (Mesir)  juga begitu dekat hubungannya dengan ulama Aceh, dan telah diberi gelar yang sangat mulia oleh Rasululullah SAW untuk negeri Aceh melalui perantara  khadamnya (pejaganya kuburan Rasul) melalui perantara  mimpinya, dengan nama “Serambi Mekah” saya selaku mahasiswa Aceh pastinya sangat berbangga diri akan hal tersebut, dan  saya sangat berkeinginan bahwa mahasiswa Islam Aceh dapat ikut serta berpartisipasi untuk menerapkan norma Syariat Islam secara kaffah dalam negeri Aceh terutama di Universitas Islam Aceh layaknya negara Mesir dengan begitu gelar “Serambi Mekah” tidak hanya menjadi nama pajangan semata.                               
     
           Ketiga, saya begitu bersemangat  untuk belajar di Universitas Al-Azhar disebabkan oleh sistem belajarnya yang sangat bagus.Biaya hidup di Mesir begitu sangat terjangkau oleh ekonomi masyarakat biasa seperti saya,dan bahkan bagi mahasiswa yang mengambil jurusan agama, mereka menggratiskan segala sesuatunya yang menyangkut kelengkapan belajar, seperti buku,biaya hidup, juga lainnya. Saya berfikir ini menjadi suatu inisiatif  sangat baik bagi semua Universitas khususnya di Aceh semua yang mengambil jurusan Agama akan di gratiskan segala kebutuhan mereka dengan maksud bahwa untuk menjadi daya tarik  bagi Mahasiswa untuk mendaftar di Universitas Islam Aceh, maka otomatis kuantitas mahasiswa Islam Aceh akan bertambah.Dengan begitu menjadi lebih dominan dalam meningkatkan kualitas Universitas Aceh sehingga akan melahirkan banyak potensi yang berbeda dan pastinya luar biasa.                                                 
        
            Keempat, yang membuat saya tertarik belajar di Universitas Al-azhar adalah karena disana memiliki banyak bangunan asrama bagi mahasiswa, dan asrama ini khusus bagi mahasiswa yang tidak lulus di Al-azhar dan kemudian di asramakan selama setahun.Disana juga disediakan fasilitas lengkap seperti wifi, komputer, dan mereka mengajarkan pada mahasiswa yang kurang dalam hal bahasa juga ilmu agama lainnya, sehingga bagi mahasiswa yang tidak lulus tidak merasa sedih atau berkecil hati.Saya berfikir ini sistem ini sangat bagus apabila diterapkan di Universitas Islam di Aceh.Kemudian diharuskan  bagi mahasiswa yang telah  mendaftar disana harus mengikuti beberapa tahap testing, seperti test wawancara Bahasa Arab,dan test Al-qur’an layaknya Al-azhar Mesir, kemudian bagi mahasiswa yang tidak lulus maka akan di asramakan selama setahun lamanya secara gratis.Dengan dilengkapi fasilitas belajar yang cukup memadai, sehingga Mahasiswa akan dengan senang hati mau ditempatkan di asrama. Mungkin hal ini belum diterapkan secara konsisten oleh pihak rektorat di Universitas Aceh. Maka  ini akan  menjadi suatu terobosan baru untuk menjadikan Universitas Aceh ini lebih dikenal oleh  Universitas  lain, dengan demikian Universitas Islam, khususnya Aceh akan terlihat ciri khasnya yang mengagumkan apabila dipandanoleh banyak pasang mata masyarakat.
        
         Kelima, semangat saya untuk belajar  di Universitas Al-Azhar dikarenakan saya ingin membanggakan kedua orang tua saya, karena dengan diterimanya saya di Universitas yang terkenal, otomatis kedua orang tua saya pun akan bangga kepada saya juga kepada diri mereka sendiri dikarenakan mereka mempunyai seorang anak yang diterima di Universitas luar negeri.              
         
               Namun alangkah malangnya, harapan panjang saya untuk dapat belajar di Al-Azhar(Mesir) kini terhalang.Berita di media cetak telah dinyatakan bahwa pembukaan testing menuju Mesir  pada tahun 2013 ditutup, dikarenakan penduduk Mesir sedang bergejolak disebabkan oleh problem pemerintahan, bahkan para mahasiswa asing Mesir  diisukan akan dipulangkan ke negara mereka masing-masing.           
            
             Mungkin terasa kecewa, namun saya tidak bisa berkata apapun, karna semua itu takdir Allah, saya sebagai manusia hanya mampu merencanakan saja, namun hasil akhir adalah haknya Allah. Sebagai hamba dha’if saya hanya mampu bersabar serta harus beranggapan baik terhadap sang pencipta. Atau boleh jadi Allah menginginkan saya tetap menjadi mahasiswa di Aceh, atau mungkin saja Allah berkehendak demikian karena kemampuan berbahasa saya masih jauh dari nilai kafasihan dalam menuturkan kalimat-kalimat dalam bahasa arab disaat berbicara.
             
         Kemudian berkat himbauan teman-teman, dan yang lebih berharga adalah semangat  yang diberikan oleh kedua orang tua saya, kemudian saya mencoba mendaftar di sebuah institut yang terletak di darussalam kota Banda Aceh.Meskipun pada awalnya saya bingung untuk memilih jurusan apa yang akan saya jejaki nantinya, dan kemudian saya memilih jurusan Bahasa dan Sastra Arab di Fakultas Adab dan Humaniora di Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry (IAIN) yang sekarang telah berubah namanya  menjadi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN) Banda Aceh.
            
         Suka duka dalam kuliah itu sudah pasti ada,tapi saya lebih banyak merasakan sukanya, mungkin dikarenakan para mahasiswa Universitas tersebut banyak yang rajin dan bersungguh-sungguh disaat belajar dan membaca. Saya juga sering melihat perpustakaan UIN Ar-Raniry begitu ramai dikunjungi oleh para mahasiswa dan mahasiswi disaat jam mata kuliah yang kosong.Namun ada beberapa hal yang membuat saya kurang nyaman di UIN, adalah karna fasililitas untuk membaca seperti meja,kursi yang masi ada yang belum tercukupi, sehingga banyak dari para mahasiswa yang membaca sambil berdiri. Dan lagi ruangannya yang begitu panas tanpa adanya pendingin seperti kipas angin dan AC sehingga para mahasiswa terasa panas dan kurang nyaman disaat membaca.Saya fikir ini sumgguh memerlukan perhatian langsung dari bapak rektor untuk dapat memfasilitasi perpustakaan UIN Ar-Raniry secara maksimal. 
         
             Selain itu, perpustakaan UIN Ar-Raniry juga sangat kekurangan akan koleksi buku pelajaran, sehingga  menyebabkan banyak dari para mahasiswa UIN Ar-Raniry memberanikan diri untuk mengkopi dari Google serta mengedit tugas mereka, seperti makalah, tugas harian, dengan tanpa adanya referensi yang lengkap dari buku pelajaran yang mereka perlukan. 
            
           Kemudian bapak rektor  UIN  juga belum menerapkan aturan secara efektif dalam mengatur jam bagi dosen juga mahasiswa untuk mengkosongkan fakultas Universitas ketika jam 12  siang,dengan tujuan agar sholat dzuhur dapat ditunaikan secara berjamaah di mesjid kampus, dan dengan begitu UIN akan menjadi cerminan bagi masyarakat sekitar kampus yang melihat.
          
       Sekarang saya baru menyadari bahwa untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat tidaklah berdasarkan Universitas yang terkenal dan megah, Melainkan niat dan keseriusan para mahasiswa itu sendiri dalam menggali ilmu yang berada di Universitas yang mereka duduki saat ini. Dan saya sebagai mahasiswa UIN Ar-Raniry sangat bangga apabila Universitas saya dapat menerapkan sistem belajar yang selaras dengan Al-azhar(Mesir). Dan para dosen yang mengajar harus mampu berbahasa Arab atau Inggris dan begitupun dengan mahasiswanya.Dengan begitu UIN akan menjadi sorotan seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada di Aceh.Dengan demikian UIN Ar-Raniry akan se level dengan UIN Malang, UIN Kalijaga dan insya’Allah akan setara dengan Universitas di negara lainnya, seperti Malaysia, Brunei dan Singapura. Aaaamiiin.
“HARAPAN YANG TERWUJUDKAN” “HARAPAN YANG TERWUJUDKAN” Reviewed by IQBAL MAULANA on December 24, 2014 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.