Kesyahduan Malam Ramazan di negeri Ottoman

 Kesyahduan Malam Ramazan di negeri Ottoman


        Ramadhan selalu istimewa dari bulan lainnya. Bulan penghambaan diri terbaik untuk umat muslim di seluruh dunia dan berlomba-lomba untuk memperoleh banyak kebajikan sebagai bekal kehidupan abadi setelah mati. Dalam kitab Maktubatu al-syarif  jilid pertama karangan Imam Rabbani dijelaskan bahwa ‘’Ramadhan adalah bulan terbaik dari sebelas bulan lainnya, barangsiapa dapat melewatinya dengan baik maka bulan lainnya juga akan ikut menjadi baik’’.Oleh karena itu maka sepatutnya bagi seluruh ummat muslim di berbagai penjuru dunia menyambut bulan suci ini dengan sukacita dan mempersiapkan amal ibadah yang terbaik tanpa menyia-yiakan setiap perjalanan harinya.
Berbagai cerita menarik tentang Ramadhan datang dari negara yang berbeda. Sebagai tanah peninggalan jejak-jejak modernisasi-nya, Ramadhan di turki menjadi sangat berbeda dengan keunikan-keunikan yang mungkin tidak kita dapatkan di Indonesia. Jika Indonesia memiliki Aceh yang kental dengan syariat Islam Turki memiliki Istanbul yang merupakan pusatnya islam. Walaupun kesekuleran sudah menyatu pada masyarakat negeri ini. Namun jika berbicara tentang keagamaan perhatian mereka sangat luar biasa. Maka tidak heran jika turki menjadi negara ter-royal sedunia. Banyak bantuan yang mereka salurkan untuk setiap negara muslim terkhusus Aceh ketika tsunami Desember 2004 silam. Istanbul secara bahasa berasal dari kata ‘’Islam’’  bermakna islam dan ‘’bol’’ yang memiliki arti ‘’bagian’’ secara kalimat dapat diartikan ‘’Bagian dari islam’’ yang kemudian dikenal dengan sebutan Istanbul. Di kota Kesultanan utsmani ini banyak keunikan yang saya temukan. Bagi saya Istanbul bak sebuah hikayat cinta yang manis di setiap perputaraan waktu. Selain alamnya indah, setiap sudut kota tertata rapi dan bersih, letak kota yang asri dihitari lautan yang biru di pinggir-pinggir jalan kota, taman-taman buatan yang indah dengan hiasan bunga di pinggir jalan-jalan besar, jarang terjadi kemacetan, dan yang tidak mungkin saya lupakan adalah sikap masyarakat dengan keramah-tamahan yang membuat saya lupa pada tanah kelahiran dan membuat saya jatuh cinta berkali-kali.Ramadhan 1440 H ini kali kedua bagi saya menjalani ibadah puasa di negeri Ottoman.Meskipun demikian tantangan durasi waktu berpuasa belum membuat saya terbiasa secara maksimal. Di Aceh yang biasanya kami berpuasa sekitar 14 atau 15 jam. Terpaut tiga jam dari Istanbul waktu berpuasa selama 18 atau 19 jam sempat membuat saya kewalahan menunggu waktu iftar tiba. Bahkan teman-teman saya menyebutkan berpuasa di Istanbul bukan sebulan melaikan 34 hari alias sebulan empat hari jika di kalkulasikan dengan waktu di Indonesia bahkan lebih. Ditambah lagi dengan keberlangsungan (yaz mevsimi) musim panas, dimana musim panas di eropa waktu siangnya lebih panjang dari waktu malamnya. Malam hari kurang lebih hanya 6 jam saja. Perbedaan waktu ini merupakan hal sama yang dapat kita temukan di berbagai negara lainnya seperti Prancis, Jerman, belanda dan banyak negara eropa lainnya. Namun saya yakin perbedaan waktu ini perlahan akan membuat saya terbiasa. Banyak sekali keunikan lainnya yang dapat saya temukan di negara yang masyhur dengan nama Konstantinovel dan Byzantium ini, yang mampu menarik perhatian setiap muslim asing yang menjalani ramazan disini.
Tarawih, dan Witir

        Sistematika pelaksanaan sholat tarawih juga tentu berbeda, masyarakat Turki yang mayoritas taklid pada Imam A’zham Abu Hanifah (Imam Hanafi) mereka melaksanakan sholat tarawih 4 rakaat dengan satu salam. Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas bermazhab syafii yang mengerjakan dengan 2 rakaan satu salam. Selain itu mereka melaksanakan sholat witir sekaligus tiga rakaat dan dibarengi dengan dengan doa qunut. Pada saat witir saya dan teman-teman saya yang bermazhab syafii memisahkan diri dan melaksakaan sholat dengan sendiri, karna bagi mazhab syafii witir dengan qunut itu dimulai dari malam 15 ramazan hingga akhir.

        Berbagi Makanan Setelah Tarawih
Selain Soal perbedaan waktu berbuka, banyak hal menarik yang membuat saya takjub dan nyaman berada disini diantaranya adalah Tradisi yang dilakukan masyarakat lokal di dalam pekarangan  Sulthan Mehmet Cami. Sulthan Ahmet Cami, yang dikenal dengan sebutan ‘’Blue Musque’’, atau masjid biru. Biasanya setelah ritual sholat tarawih dilaksanakan masyarakat antusias berbagi makanan seperti lokum, simit dan osmanlı serbeti. Lokum merupakan permen manis khas turki dengan terkstur kenyal dan lembuh menyerupai ‘’dodoi’’ dalam bahasa Aceh. Lokum familiar dengan sebutan Turkish delight, makanan penutup yang terbuat dari tepung jagung yang dicampur  dengan gula dan aneka perasa buah dan biasanya ditaburi butiran kelapa atau tepung halus di atasnya. Sedangkan simit adalah roti yang terbuat dari gandum.Dan osmanlı serbeti adalah minuman yang dihasilkan dari rempah-rempah pilihan yang nikmatnya menghilangkan dahaga serta rasa letih setelah ibadah. Selain berbagi makanan di pekarangan masjid juga di terdapat pasar malam dengan berbagai wahana untuk menghibur anak-anak yang ikut sholat ke masjid bersama orang tuanya. Nuansa malam yang indah sungguh dapat saya rasakan disini.Banyak penduduk lokal dan muslim asing memenuhi masjid menghadirkan kesyahduan di malam pertama ibadah sholat  tarawih di tanah kesultanan ini. Bagaimana tidak, Sultah Ahmet cami selain berhadapan langsung dengan museum Hagya shofya. Hagya shofia atau dalam bahasa turki ayashofya merupakan bekas gereja yang sempat diubah penggunaan menjadi masjid yang kini menjadi mesium. Bagi masyarakat Istanbul Ayashofia adalah sebuah masjid, karena konon kisahnya di satu bagian kubah terdapat ludah Rasulullah. Dalam kisah singkat dijelaskan bahwa sahabat sempat melarang rasul untuk memberikan ludahnya yang mana kubah tersebut adalah bagian gereja dengan kubah kuat dan kokoh. Namun Rasulullah mengizinkan permintaan salah seorang yadudi ketika itu karna suatu saat akan berubah menjadi masjid dan terbukti secara luar biasa. Selain itu di luar perkarangan masjid sulthan Ahmet cami juga banyak toko-toko, yang menjual segala kebutuhan ummat, mulai dari kebutuhan rumah, makanan, sholat, sampai keperluan sekolah anak-anak., disana juga terdapat café, hotel, money canger dan lainnya.

        Sahur
Untuk sahur tidak jauh berbeda dengan tradisi yang ada di Indonesia yang selalu menggunakan beduk atau ember untuk membangunkan masyarakat untuk makan sahur, di turki sendiri menjelang sahur juga terdengar suara pukulan davul (drum) yang digunakan membangun masyarakat. Kemudian di masjid-masjid juga terdengar suara merdu ilahi alias nazam atau shalawat kalau di Indonesia yang terdengar dari masjid-masjid.

        Mukabele
Mukabele atau muqabalah merupakan hatim alqur’an yang dibaca pada hari-hari di bulan ramazan. Biasanya kegiatan ini dilakukan setelah sholat dzuhur dan ashar di berbagai masjid-masjid di Istanbul dan di beberapa kota besar lainnya.Mukabele dilakukan secara bersama, yang setiap masjid ada yang ditugaskan membaca di hadapan jamaah setelah sholat dzuhur atau ashar. Jamaah hanya mendengar serta menyimak dengan seksama bacaanya. Mukabele ini juga sudah mulai dipratikkan di Indonesia khususnya di Aceh oleh para santri makhad Tsulaimaniyah cabang turki di antaranya , Banda Aceh, Sigli, Bireun, dan Kuta Cane. Mukebele ini merupakan kegiatan bagus dan dapat membantu orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan kantor yang tidak sempat membaca Al-qur’an. Setelah sholat jamah duduk sejenak mendengar lantunan ayat suci setelah kewajiban sholat mereka tunaikan, dan juga membantu orang-orang mengkhatamkan alqur’an secara bersama.

        Makanan Berbuka
Sebagai seorang mahasiswa ketika di Aceh saya sering mendapat undangan berbuka dari berbagai lembaga dan paguyuban daerah. Iftar atau anak muda Indonesıa menyebutnya dengan ‘’BUKBER’’ buka bersama seperti yang saya dapati di Indonesia dapat saya temukan disini. Banyak sekali menu-menu berbuka dengan macam-macam makanan dan manisan khas turki, diantaranya; Tavuk piliç (full ayam) çorba (sop) Baklawa, süçlat(puding) pasta (kue) turta (dodol), nasi bulgur.Selain Makanan dan Minuman juga terdapat buah-buahan cuci mulut yang hanya terdapat di musim panas seperti Kavun(melon), Karpuz(semangka), muz(pisang) Erik, Kiraz(ceri) şeftali(buah persik) injir(buah tin) masih masih banyak lainnya. Diantara buah-buah tersebut paling menakjubkan saya adalah buah tin atau di turki disebuh injir. Buah surga yang berpasangan dengan buah zaitun yang selama ini saya dengar di Alqur’an surat at-tin dapat saya santap lagsung disini dan membuat saya merasa jadi orang yang paling beruntung. 

        Keunikan masjid
Ketika disebut nama Istanbul yang terlintas di fikiran adalah Blue Musque, Hagya shofya, dan  mesium Top kapı. Padahal selain nama-nama tempat termasyhur ini masih banyak masjid yang tidak kalah menarik seperti, Sulaymaniye cami, Ortakoy cami, Fatih Cami dan masih banyak nama lainnya.Disetiap bangunan masjid selain keinedahan interior, daya tarik bangunan, dan terdapat banyak nilai-nilai sejarahnya.Kemudian di dalam masjid dihiasi dengan tulisan khaligrafi dan ilustrasi menawan. Disetiap sudut langit-langit tertulis sang khalik, Rasul dan empat sahabat serta cucu Rasulullah Saidina Hasan dan Husein. Istanbul memang memiliki sejuta pesona. Maka tak heran jika jutaan wisatawan terus berdatangan ke negeri dua benua ini.

        Penyambutan lailatul qadar
Selain bulan nuzul qur’an bulan ramazan juga terdapat malam lailatul qadar yang menjadikan Ramazan sebagai sulthannya bulan lainnya. Bagi penduduk lokal menyambut malam lailatul qadar adalah farz (wajib). lailatul qadar atau disebut malam kandil. Di Turki lailatul qadar sudah ditentukan pada malam tertentu dengan memakai cara perhitungan sendiri. Sehingga penyambutan khusus dilakukan dengan qiyamul lail,pada malam tersebut diisi denngan shalat tasbih,kajian,tadaru al-qur’an dan zikir. Kandil tidak hanya menjadi sebutan lailatul qadar, namun juga untuk malam mulia seperti Nisyfu syaban, Malam Bara’ah (Rajab), dan Malam idul fitri dan adha dan malam jumat. Setelah kegiatan penyambutan selesai kegiatan ditutupi dengan berbagi manisan, lokum, simit, baklawa, manisan dan osmanlı serbeti yang dibagikan untuk sesama secara gratis.

        Sungguh menarik bagi saya peribadi melewati ramazan di negeri Kesultanan ini. Banyak sekali keunikan dan hal-hal menarik yang memanjakan mata. Selain keindahan panorama, kuliner, tempat bersejarah, dan bangunan-bangunan khas pahatan dengan arsitektur menawan pada masa kesultanan dahulu.
Kesyahduan Malam Ramazan di negeri Ottoman Kesyahduan Malam Ramazan di negeri Ottoman Reviewed by IQBAL MAULANA on March 07, 2022 Rating: 5

10 comments:

  1. Kesyahduan yg sangat indah di kota Turki Usmani. Best story. 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah MasyaAllah. Semoga bisa kembali kesana. Aamiin☺

      Delete
  2. Sungguh indah islam ,di berbagai negara islam sll hdp, dan mempunyai keunikan tersendiri,Masyaallah, di tunggu pengalaman selanjutnya
    Akhi iqbal maulana.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah. Baik. InsyaAllah.. Mohon doanya

    ReplyDelete
  4. Wah baru tahu waktu malam nya sangat sedikit. Jadi penasaran rasanya berpuasa di Turki ya

    ReplyDelete
  5. Good job my friends
    keep up your work, share useful news

    ReplyDelete

Powered by Blogger.