“Murabbiku” “Dibalik tabir”

“Murabbiku”

“Dibalik tabir”

Pergantian siang dan malam terasa begiru cepat.Tanpa disadari bahkan layaknya sebuah mimpi. Ia datang dengan sesegera dan lenyap tanpa adanya pemberitahuan, begitulah perjalanan hidup, yang melaju cepat ibarat kereta api dengan membawa gerbong-gerbong perubahan tanpa terlihat dimana stasiun titik pemberhentian.

Syakila Humaira, itulah namanya. sosok gadis cantik primadona desa, yang kini berprofesi sebagai seorang pramugari maskapal Garuda Indonesia, ia seorang gadis muda yang baru berumur 23 tahun berdarah Aceh dan pastinya ia pun mahir berbahasa Aceh. Banyak pemuda yang mengejar-ngejar dia, mulai dari perjaka biasa maupun anak konglongmerat yang tinggal di kotanya juga ingin segera bersanding dengannya pada akhir tahun ini, namun ia menolaknya secara mentah, karena cita-cita besarnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya belum juga tercapai.

Pagi nan sejuk menyentuh sampai ketulang rusuk, ributnya suara kokokan ayam ketika subuh tiba perlahan mulai hilang seiring mentari meninggi. sambil menyeruput secangkir teh hangat, syakila berbicara panjang lebar bersama kedua orang tuanya, terutama ibu. baginya sosok ibu adalah guru terbaik yang pernah ia temui, ibu adalah murabbi hati yang maha mengerti keadaannya setiap berlalunya waktu. Jangankan memukul, memarahinya saja tak pernah. Begitupun dengan sang ibu, ia senantiasa bersikap lembut pada anaknya, baginya syakila adalah segalanya, selain anak satu-satunya yang ia miliki, syakila juga seorang gadis luar biasa, ia sangat mahir membaca al-qur’an, mahir memasak, dan yang terpenting akhlak dan perangainya juga sangat bagus ,tak pernah sekalipun ia mendengar kata-kata bantahan dari anaknya itu.

Hari-hari syakila dahulu adalah seorang pengajar anak TPA di sebuah surau kampungnya, ia menjadi guru kesayangan para murid, selain cantik ia juga sangat baik, suara merdunya ketika melantunkan ayat suci Al-qur’an membuat murid terpana, ditambah lagi dengan pembacaan makna ayat suci tersebut yang ketika orang mendengarnya sangat menyentuh palung hati. Namun tragedi pilu terjadi pada akhir-akhir ini, sosok syakila yang dikenal alim, ramah, dan juga patuh terhadap kedua orang tuanya, telah banyak berubah, sikapnya yang lugu berubah drastis sejak memulai karir menjadi seorang pramugari yang harus meninggalkan kewajiban berhijab.

Sambil menuangkan teh dalam gelas Ayah, sang ibu terus bertutur lembut dengan syakila, hingga ibunya bertanya pada syakila tentang ketidaksukaannya akan pekerjaan anaknya saat ini.
“Nak, hati ibu sangat senang, kini kau telah mendapatkan pekerjaan baru” ucap sang ibu sambil tersenyum
“Tapi ibu sangat sedih melihat kedaanmu lanjut sang ibu kemudian
“Kenapa bu , apa yang membuat ibu sedih ?? tanya syakila penasaran
“eemm .. (ibu hanya diam)” takut anaknya akan tersinggung
“Apakah aku tak memberimu uang selama ini bu ?? atau tidak cukup bagi ibu ?? tanya syakila dengan penuh keheranan !!
“Apakah ibu menginginkan sesuatu ?? emas ?? rumah baru ?? atau mobil bu ?? lanjut syakila kemudian
“Bukan nak,,” jawab ibu memotong ucapan anaknya
“Ibu tak suka kau tak lagi berhijab” ucap ibu sambil menunduk
“Ibu kan tahu, aku bekerja sebagai pramugari, dan aku dilarang untuk berhijab” jawab syakila mengharap pengertian ibunya

Suasana tiba-tiba menjadi hening,, tanpa terdengar suara, melainkan suara detak jarum jam dinding yang terus berbunyi..

Seusai sarapan pagi syakila bersiap-siap untuk pergi menuju Sultan Iskandar Muda Airport, yang berada di desa Blang Bintang, Aceh Besar. Selepas berkemas akan keperluan selama ia berpergian, syakila menyalami ibu dan ayahnya sebagai tanda pamitan sebelum kepergiannya.
Bu, aku pamit ,, hari ini aku bertugas untuk keberangkatan penumpang menuju Singapura”  ucap syakila sedikit memohon
“Baik lah nak, berhati-hatilah disana” ,, jawab ibu dengan senyuman sedikit paksa.
Sebenarnya ibunya merasa berat mengizinkan anaknya pergi, karena anaknya meminta izin secara tiba-tiba tanpa sepengetahuannya bahwa syakila akan kembali bekerja.
Nak, Kemanapun kau pergi, ingatlah pada Allah, ialah pemilik segalanya” Harap ibu dengan wajah merengut.
“Baik bu, aku akan mengingat pesan ibu” ujar syakila meyakinkan sang ibu
“Oh ya nak, al-qur’an kesayanganmu mana?? Apa kau membawanya ?? cetus ibu
ingin tahu
“Eeuuuu ,, eeuuuu, aaaaadaaa, aaaaddaa bu di dalam tas” jawabnya dengan nada kikuk
“Dimana nak, ibu ingin melihatnya” pinta ibu sedikit curiga
“Ada bu, aku pasti membawanya setiap waktu kemanapun aku pergi” jawabnya menyakinakan sang ibu. Padahal sebenarnya ia sedang berusaha menutupi kebohongan. Selama ia diterima bekerja sebagai pramugari sebulan yang lalu, ia semakin jauh dengan al-qur’an, bahkan tak pernah menyentuhnya sekalipun.
Tiiin tiiiin ,, suara klakson mobil berbunyi ,, menghentikan pembicaraan syakila dan ibunya. Sebuah Mercy merah parkir di halaman rumah, lalu syakila pun menghampiri mobil tersebut, ternyata yang datang adalah meyda partner kerjanya.
Setelah berbincang , keduanya pun masuk ke mobil, lalu melambaikan tangan,,
“Bu,, kami pergi ya,, pinjam syakila ya bu” ucap meyda bercanda. lalu keduanya pun pergi. meyda adalah anak orang kaya, ia telah kenal dekat dengan keluarga syakila, bahkan ia pernah menginap selama beberapa hari semasa orang tuanya berlibur ke kota London.

Waktu terus berganti, Jadi seorang pramugari memang tak selamanya indah, pahit manis hidup menghadapi setiap penumpang pesawat telah ia lalui, kadangkala ia mendapat cacian, sapaan manis, senyuman sinis, bahkan diperlakuakan secara tidak senonoh oleh penumpang dari negara asing. Syakila bekerja dengan sangat profesional, selain disiplin ia juga sangat konsisten dengan pekerjaannya.Meskipun begitu sibuk, ia selalu pulang kerumah menjenguk orang tuanya setiap hari libur walau hanya beberapa hari saja kemudian ia pun pergi lagi.
Ibunya sering berpesan ketika ia pulang “ Nak pakailah jelbab,,Pakailah jelbab agar kau tak dianggap gadis sembarangan nak” ucap sang ibu
Namun syakila selalu mengelak dan menjawab “ Aku ini pramugari bu, aku harus kelihatan cantik” jawabnya memohon pengertian.
“Ibu tahu nak, tapi ibu khawatir orang-orang berani melakukan hal senonoh terhadapmu” ujar sang ibu.
“Ibu juga takut Allah murka terhadap keluarga kita nak” lanjut ibu dengan wajah sedih.
“Sudahlah bu,, aku kan bekerja karena ibu dan ayah” lupakan saja hal lain, jawab syakila sedikit membentak.
Begitulah cek-cok keduanya setiap akhir pekan sewaktu ia kembali kerumah.

Hari ini syakila dan kawan-kawan bertugas membawa penumpang ke Melbourne, Australia. Mereka adalah para wisatawan asal australia yang mengunjungi Aceh dan menetap selama 6 bulan lamanya. Seusai mendarat Garuda Indonesia kemudian lekas kembali ke Indonesia. Setelah transit di Jakarta Mereka pun kembali ke negeri “Tanoeh Rencong” Aceh. Namun dalam perjalanan pulang terlihat seorang penumpang laki-laki memerhatikannya. Kemudian mendatanginya secara diam-diam dan mengajaknya melakukan hubungan terlarang, bagaimana tidak syakila adalah gadis cantik, lagi berwajah anggun, ditambah lagi pakaiannya yang seksi sehingga mengundang nafsu laki-laki yang berada di sekitarnya.Mendengar ucapan tersebut, dengan spontan ia menolak.
“Beraninya anda bicara kotor dengan wanita, Plaaaak, suara tanparan terarah dipipi  sebelah kiri pria tersebut
“Ku..rang ajar kau” ucap laki-laki itu sambil mendorong syakila ke kamar mandi tak terima diperlakukan sedemikian rupa.
“Aku bukan wanita murahan” ujar syakila melawan
“Kriiiek,,” suara robekan baju terdengar. Pria tersebut mengoyakkan bajunya sebagai alasan bahwa syakila lah yang meminta melakukan perbuatan terlarang tersebut, sehingga dia lah yang bersalah.
Tak lama kemudian, Co. Pilot dan para pramugari lainnya mendatangi mereka, lalu pria tersebut menceritakan awal kronologis kejadiannya,  dengan mengatakan bahwa syakila lah yang memaksa melakukan perbuatan hina tersebut. Walaupun semua pramugari membelanya, namun ia tetap tersalah.Karena tak seorang pun yang melihat pasti bagaimana kejadian tersebut. Syakila pun hanya terduduk sedih, lipstik dibibirnya telah mengenai hidung dan mata kanannya.
Berselang beberapa menit setelah kejadian, pesawat pun mendarat. Syakila yang masih berwajah kusut dituntun oleh pramugari lainnya untuk turun menemui C.o Garuda Indonesia, dan tanpa diduga ia diminta untuk resain dari tugasnya atau dipecat.   Syakila yang masih trauma lalu mendengar ucapan C.o tersebut tiada membantah melainkan diam seribu  bahasa. Lalu ia langsung keluar dan meminta Meyda mengantarnya kerumah.

Hari- hari terus berlanjut, kondisi rumah masih layaknya biasa, senyap sepi dan tak karuan. Jelas saja, yang tinggal dirumah tersebut hanyalah sepasang suami istri yaitu ayah dan ibu syakila. Kadangkala rumahnya menjadi ramai ketika syakila kembali kerumah dari pekerjaannya sebulan sekali.
“ Assalamualaikum Syakila pulang bu” ucap syakila dibalik pintu rumah
“ Wa alaikumus salam nak” jawab sang ibu dengan sedikit kaget karena melihat ruman tak sedap dari raut wajah anaknya.
“Kenapa dengan kamu nak” tanya ibu penasaran bercampur sedih.
Air mata yang tadi hendak turun, kini dengan ikhlasnya keluar dan mewakili keinginan didalam hatinya. Seakan tak ada celah , air mata itu turun dengan deras membasahi pipi lembut syakila.
Melihat ibu yang dengan rasa penasaran , akan tetapi syakila yang hanya diam, meyda mencoba menjelaskan awal permasalahannya,,
Setelah menjelaskan, sang ibu pun memahaminya,

Syakila sambil merangkak lalu bangun mencapai sang ibu. dengan tangis terisak ia memeluk ibu yang berdiri dihadapannya.
”Bu, mafkan aku” ucap syakila penuh penyesalan
“Kan sudah ibu katakan, tapi kau tak menghiraukannya” ucap ibu sedikit kesal
“Tapi kan akubekerja bu” Jawab syakila membela diri
“Apa pekerjaan itu segalanya bagimu, hingga kau meninggalkan jalan tuhan ?? Bentak ibu dengan geramnya
“Tidak bu ,, maafkan aku.. aku salah, maafkan aku” .. pinta syakila dalam menangis
”Maafkan ibu juga nak,, ibu tak bermaksud membentakmu” ucap ibu mengharap pengertian
“Iya bu, aku faham maksudmu” jawab syakila menenangkan hati ibu
“Sudah-sudah,, hapuslah air matamu,, jangan ada lagi sendu sedan itu” ujar ibunya
“iya bu .....” jawab syakila
“Bangunlah sayang ,,mandi lalu kita akan makan siang bersama, ibu telah memasakkan makanan kesukaanmu” pinta ibu pada syakila
“Iya bu, terima kasih ya , pelukan syakila kian erat, lalu mencium pipi kiri sang ibu”
Sambil mentap kedua belah mata anaknya, sang ibu pun berkata
“Ibu senang kamu disini nak, tak mengapa kau tak berkerja, asalkan kau selalau ada untuk ibu, dan selalu patuh terhadap titah Allah tanpa mengenal rasa lelah sekalipun. Ungkap ibu penuh keikhlasan.
“Iya bu , aku faham” jawab syakila penuh kelembutan
“Apakah kau tahu nak, ibu selalu memasak makanan kesukaanmu setiap hari, walau sebenarnya ayahmu menginginkan masakan lainnya. Ujar ibu memberitahukannya
“Ibu,, syakila minta maaf ya.. syakila merasa bersalah telah marah-marah sama ibu” jawab syakila merasa sedih bercampur senang
“Sudahlah sayang, segeralah mandi, azan telah dikumandangkan” ucap ibu kemudian

Hidup terus berjalan, merangkak tanpa mengenal lelah, syakila yang dahulu seorang pramugari, kini tak lagi ia menyangga pekerjaan tersebut. Seiring waktu berlalu akhirnya syakila pun kembali ditawarkan jadi guru TPA di surau kediamannya, dan ia bahagia menjalani kerja barunya tersebut.
Kehidupan adalah skenario tuhan yang telah tersusun rapi dalam setiap bait-bait lembaran kuasanya. Kisah hidup terus berlanjut, pahit manis cerita masa lalu telah jadi kenangan, kini ia telah tegar menikmati hidupnya, walau masa depan  laksana sebuah misteri yang tiada satupun tahu bagaimana akhirnya. Lelahnya hidup bukan lagi jadi problema besar, kasih sayang sang ibu senantiasa menyirami jiwa, ibu adalah cahaya dalam gelapnya malam, ia bak angin penyejuk tatkala kegundahan bertahta, ialah murabbi yang tertutup tabir, sosok penuntun suramnya terowongan hati.

“Murabbiku” “Dibalik tabir” “Murabbiku”  “Dibalik tabir” Reviewed by IQBAL MAULANA on December 04, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.